Tren TI 2010, bisnis analisa intelijen makin diperhitungkan

Jum'at, 22 Januari 2010 | 23:30 wib ET
JAKARTA, kabarbisnis.com : Tren teknologi informasi (TI) tahun 2010, mengalami perubahan yang sangat cepat, pesat, kompetitif juga butuh inovasi baru. Berbagai perusahaan, industri serta lembaga kini ingin memanfaatkan teknologi, yang memiliki daya komputasi serta analitik canggih untuk mengubah gunungan data menjadi inteligensia.

Studi global IBM - perusahaan perangkat komputer ternama di bidang teknologi informasi (TI), berjudul 'The New Voice of The CIO' yang melibatkan 2.500 kepala divisi informasi (chief information officer/CIO) di 78 negara menyebutkan, departemen teknologi dan informasi sering diminta pendapat dalam pengambilan keputusan bisnis inti. Karena perusahaan ingin mendapatkan dan menganalisa lebih banyak data.

Hasil studi itu juga menyebutkan analisa bisnis menjadi keprihatinan para CIO di masa mendatang. Lebih dari 70% dari mereka berencana berinvestasi dalam pengelolaan risiko dan alat kepatuhan. Mengingat, isu keamanan dan keandalan data yang muncul dari komitmen terhadap business intelligence dan analitik.

"Memanfaatkan analitik untuk meraih keunggulan kompetitif dan menyempurnakan proses pengambilan keputusan bisnis, sudah barang tentu akan menjadi prioritas utama," ungkap Presiden Direktur IBM Indonesia Suryo Suwignyo pada presentasi prediksi IBM tentang Trend TI 2010 di Jakarta, Jumat (22/1/10).

Karenanya, sambung Suryo, tahun 2010 IBM lebih memfokuskan bisnisnya dalam layanan analisa intelijen dan optimalisasi data di Indonesia. Teknologi yang ada saat ini mampu menganalisa dan membaca tabiat konsumen. Sehingga analisa intelijen sebagai keunggulan untuk menyempurnakan pengambilan keputusan perusahaan, kini semakin diperhitungkan oleh perusahaan bisnis dan lembaga.

"Yang paling mudah ditawarkan ke pelaku bisnis, ya, bisnis intelijen. Nilainya jelas dan klien pun mudah menggunakannya. Bahkan belum kompetitor vendor lain yang menerjuni jasa bisnis ini. Karena itu, potensi dan peluang pasarnya masih sangat besar," paparnya.

Diakuinya, IBM sudah melakukan layanan analisa intelijen dan optimalisasi bisnis ini di beberapa perusahaan perbankan, retail, telekomunikasi, agribisnis dan gas pertambangan.
Pegusaha yang memakai perangkat lunak ini akan memiliki data dan analisa yang lebih tepat bagi konsumen.

Memang layanan ini sangat membantu pelaku bisnis untuk meningkatkan keakurasian dan prediktibilitas dari semua keputusan bisnis yang diambil, keputusan langsung dan didasari pengetahuan yang dibutuhkan di dalam perekonomian yang baru ini, tambahnya.

Selain memfokuskan layanan bisnis analisa intelijen, IBM tetap akan mengelola pendapatan dari penjualan perangkat keras. Saat ini pendapatan dari perangkat keras menyumbang 40% pendapatan IBM secara keseluruhan, sedangkan 60% dari layanan perangkat lunak.

Komputasi Awan

Terkait dengan komputasi awan (Cloud Computing), Presiden Direktur PT IBM Indonesia menilai konsumen Indonesia masih belum siap menerapkan teknologi komputasi awan yang saat ini jadi tren. Di Indonesia masih menghadapi tantangan yang besar untuk menerapkannya, dan Indonesia masih perlu edukasi dan sosialiasi.

Selain itu konsumen butuh menyesuaikan diri untuk kepentingan bisnisnya. IBM telah menyiapkan teknologi ini namun, belum gembar-gembor karena pasar belum siap. Sehingga dibutuhkan waktu. Memang terhadap teknologi baru ini, konsumen biasanya melihat dan menunggu. Jika yang baru itu tidak mendapat sambutan akan tersisihkan dan tertimpa teknologi lainnya, jelasnya.

Cloud computing merupakan teknologi yang memanfaatkan jaringan yang menganggur atau sedang tidak digunakan saat itu. Bisa dikatakan teknologi ini menganalisa tingkat kegunaan jaringan. Beberapa tantangan dalam teknologi ini antara lain masalah keamanan, biaya jaringan dan aplikasi khusus.

Meski demikian, kata dia, ke depan teknologi ini marak dan melewati batas negara sehingga memanfaatkan sumber daya yang menganggur. Apalagi, saat ini lebih dari satu milyar pengguna yang online di seluruh dunia, fenomena jejaring sosial semakin meledak dan mempengaruhi perusahaan.

Didorong oleh tren Internet konsumer, komputasi awan adalah cara baru untuk mengkonsumsi dan menghantarkan layanan, dan didasari aspek terbaik dari kedua model sebelumnya. Komputasi awan juga lahir dari kematangan Web selama dekade yang lalu, dikombinasikan dengan skalabilitas dan proliferasi Internet yang pesat serta dibarengi tingkat swalayan yang tinggi dan aplikasi berbasis Web yang elegan.

Hal ini memungkinkan pengguna non-teknis untuk melakukan pekerjaan komputasi yang sangat rumit tanpa harus memahami teknologi yang melandasinya, mengubah pusat data menjadi pabrik masa depan, ungkapnya. Kbc10

Comments (0)